Gonore


Gonore

 

  • No. ICPC II : X71 Gonorrhoea female, Y71 Gonorrhoea male
  • No. ICD X : A54.9 Gonococcal infection, unspecified
  • Tingkat Kemampuan: 4A

 

Masalah Kesehatan

Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS) yang memiliki insidensi tinggi. Cara penularan gonore terutama melalui genitor-genital, orogenital dan ano-genital, namun dapat pula melalui alat mandi, thermometer dan sebagainya (gonore genital dan ekstragenital). Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah mukosa vagina wanita sebelum pubertas.


Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Keluhan utama berhubungan erat dengan infeksi pada organ genital yang terkena.

Pada pria : keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang disertai darah. Selain itu, terdapat perasaan nyeri saat terjadi ereksi. Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual. Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan tidak enak di perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi urin, dan obstipasi.


Pada wanita :
Gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Wanita umumnya datang setelah terjadi komplikasi atau pada saat pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB). Keluhan yang sering menyebabkan wanita datang ke dokter adalah keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina, disertai dengan disuria, dan nyeri abdomen bawah. 
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa terbakar di daerah anus (proktitis), mata merah pada neonatus dan dapat terjadi keluhan sistemik (endokarditis, meningitis, dan sebagainya pada gonore diseminata – 1% dari kasus gonore).

Faktor Risiko

  1. Berganti-ganti pasangan seksual.
  2. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).
  3. Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore.
  4. Bayi dengan ibu menderita gonore.
  5. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).


Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik Patognomonis

Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium uretra eksterna, terdapat duh tubuh mukopurulen, serta pembesaran KGB inguinal uni atau bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah anus eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen.

Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk memeriksa prostat: pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat abses akan teraba fluktuasi.

Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita tesebut sudah menikah. Pada pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan terdapat secret mukopurulen.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk menemukan kuman gonokokus gram negarif, intra atau ekstraseluler. Pada pria sediaan diambil dari daerah fossa navikularis, dan wanita dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks dan rektum.

 

Pemeriksaan lain bila diperlukan:

  1. Kultur
  2. Tes oksidasi dan fermentasi
  3. Tes beta-laktamase
  4. Tes Thomson dengan sediaan urine

 

Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

Klasifikasi :

Berdasarkan susunan anatomi genitalia pria dan wanita:

  1. Uretritis gonore
  2. Servisitis gonore (pada wanita)

 

Diagnosis Banding

  1. Infeksi saluran kemih.
  2. Faringitis.
  3. Uretritis herpes simpleks.
  4. Arthritis inflamasi dan septik.
  5. Konjungtivitis, endokarditis, meningitis dan uretritis non gonokokal.

 

Komplikasi

Pada pria:

Lokal: Tynositis, parauretritis, litritis, kowperitis.
Asendens: prostatitis, vesikulitis, funikulitis, vas deferentitis, epididimitis,
trigonitis.

Pada wanita:

Lokal: parauretritis, bartolinitis.
Asendens: salfingitis, Pelvic Inflammatory Diseases (PID).

Disseminata:
Arthritis, miokarditis, endokarditis, perkarditis, meningitis, dermatitis.

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
  2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o) dosis tunggal, atau ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.

Catatan: tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak dan dewasa muda.

Kriteria Rujukan

  1. Apabila tidak dapat melakukan tes laboratorium
  2. Apabila pengobatan di atas tidak menunjukkan perbaikan dalam jangka waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke dokter spesialis karena kemungkinan terdapat resistensi obat.

Sarana Prasarana

  1. Senter
  2. Lup
  3. Sarung tangan
  4. Alat pemeriksaan in spekulo
  5. Kursi periksa genital
  6. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan gram

Prognosis

Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan gangguan fungsi terutama bila terjadi komplikasi. Apabila faktor risiko tidak dihindari, dapat terjadi kondisi berulang.

 

Sumber :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER